Simbol Dan Fungsi Atribut Kerbau Pada Perayaan Gumbrekan Mahesa
DOI:
https://doi.org/10.37329/ganaya.v4i2.1369Keywords:
Attributes, Buffalo, Gumbreka MahesaAbstract
One of the local traditions in Banyubiru Village is “Gumbrekan Mahesa” which is commemorated once a year. Gumbrekan Mahesa's local wisdom is believed to be a form of gratitude for the residents for the harvest gift given by God Almighty. The urgency of this research is the need to study local wisdom, especially the attributes used by the village community of Kampung Kerbau Banyubiru as basic data for the development of cultural tourism and creative economic potential in Ngawi Regency. In addition, it also provides an overview of the value of cultural wealth in today's society and young generation. The aims of this research is to know the type, philosophy, and function of buffalo attributes in Gumbrekan Mahesa tradition. This research method is exploratory research, namely social research that aims to explain the concepts or patterns used. The primary data used are interview data and buffalo attribute observation data. Data analysis was carried out by interactive model analysis. The results showed that the attributes used in the Gumbrekan Mahesa tradition consisted of “Klothak, Pecut, Alu, Lesung, and teak leaf caping. The meaning and function of Klothak is as a marker when the buffalo is being herded in the forest and a medium of communication between the herder and the buffalo. Alu and lesung have the meaning of a tool to process food with patience and responsibility. Alu and Lesung are also used when herders get lost in the forest and bulfaloes are lost. Pecut is a tool to regulate the buffalo to run according to the direction of the shepherd which means to obey the leadership and the rules. Teak leaf caps are used by buffalo herders to protect themselves from heat and rain. This caping is also believed to be able to ward off lightning.
References
Alwasilah, A. C., Suryadi, K., Tri Karyono. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Anan-Nur. (2010). Membangun Pendidikan Indonesia dengan Kembali pada Kearifan Lokal.
Aryani, W. W. (2019). Pembelajaran Abad 21: Kembali Berguru Pada ‘Filosofi Kentongan’ Sebagai Pelestarian Budaya Banyumas Ine. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 11(1), 43–49
Dewi, R. Z., & Lailiyah, F. (2020). Determinasi Teknologi Komunikasi Pedesaan Dan Perkotaan Di Wilayah Mojokerto. Jurnal Nomosleca, 6(2).
Emilda, N., Rohaeni, A. J., & Listiani, W. (2016). Seni Tradisi Gondang Buhun sebagai Pendidikan Karakter dan Ekowisata : Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Unmas, 11, 614–621.
Fandanu, R., Lestari, W., & Suharto, S. (2021). Diversitas Pendidikan Multidimensional dalam Pertunjukan Kentongan Bambu Laras Banyumas Jawa Tengah. Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik, 4(1), 20-30.
Fauzuna, H. F. (2020). Makna Simbol pada Upacara Kerapan Sapi di Waru Pamekasan (Analisa Semiotika Roland Barthes). Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah, 1(1).
Ine Kusuma Aryani1, W. W. (2019). PEMBELAJARAN ABAD 21: KEMBALI BERGURU PADA ‘FILOSOFI KENTONGAN’ SEBAGAI PELESTARIAN BUDAYA BANYUMAS Ine. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 11(1), 43–49.
Kuncoroyakti, Y. A. (2020). Komunikasi Antar Pribadi Pengamen Kuda Lumping, Studi Fenomenologi di Kecamatan Cibinong Bogor. KOMUNIKOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 17(02).
Marcos, H., Subarkah, P., & ... (2020). Pelatihan dan Sosialisasi Aplikasi Kentongan untuk Komunikasi Digital Warga di Desa Kutasari Baturraden Kabupaten Banyumas. JPMM (Jurnal …, 2(1), 70–79. http://ejournal.amikompurwokerto.ac.id/index.php/jpmm/article/view/947
Muchsin, I. A. (2021). The Existence Of Kenthongan As Folk Art: Study Of Kenthongan Banyumas. Jurnal Seni Musik, 10(1), 25-30.
Muda, A. K., Sadipun, B., & Dole, F. B. (2020). Relevansi Nilai-Nilai Tarian “Raja Sine” dengan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran PKn Sekolah Dasar. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 1–13. https://doi.org/10.37478/jpm.v1i1.340
Nasruddin (2011). Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Pol, J., Vacchelli, E., Aranda, F., Castoldi, F., Eggermont, A., Cremer, I., Saut, C., Zitvogel, L., & Kroemer, G. (2015). Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni. April, 1–13.
Pol, J., Vacchelli, E., Aranda, F., Castoldi, F., Eggermont, A., Cremer, I., Saut, C., Zitvogel, L., & Kroemer, G. (2015). Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni. April, 1–13.
Romadhan, M. I. (2020). Membangun citra budaya masyarakat sumenep melalui festival musik tong-tong. Metacommunication: Journal of Communication Studies, 5(1), 77-92.
Singingi, B. K., Juliandro, B. H., Hidir, A., Si, M., Fax, T., Silat, K., Sebagai, P., Budaya, P., & Di, D. (n.d.). KEBERADAAN SILAT PANGEAN SEBAGAI PERWUJUDAN BUDAYA DAERAH DI DESA SIMANDOLAK KECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGIN. 4(1).
Suharjanto, G. (2011). Bahan Bangunan dalam Peradaban Manusia: Sebuah Tinjauan dalam Sejarah Peradaban Manusia. Humaniora, 2(1), 814. https://doi.org/10.21512/humaniora.v2i1.3100
Suharjanto, G. (2011). Bahan Bangunan dalam Peradaban Manusia: Sebuah Tinjauan dalam Sejarah Peradaban Manusia. Humaniora, 2(1), 814. https://doi.org/10.21512/humaniora.v2i1.3100
Suprapto, W., & Kariadi, D. (2018). Pelatihan Gejog Lesung pada Pemuda Dusun Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Bangsa. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 2(1), 51. https://doi.org/10.29407/ja.v2i1.11888
Suratno, T. (2010). Memaknai Etnopedagogi sebagai Landasan Pendidikan Guru di Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010.
Suyatno, & Lelapari, R. P. (2021). Analisis makna simbolik pada pakaian pengantin adat lampung pepadun. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya, 3(3), 274–281.
Suyatno, & Lelapari, R. P. (2021). Analisis makna simbolik pada pakaian pengantin adat lampung pepadun. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya, 3(3), 274–281.
Syahputra, M. C. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Budaya Nengah Nyappur. Jurnal PAI Raden Fatah, 2(1), 1-10.
Thahir, R. (2010). Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan Mendukung Swasembada Beras Dan Persaingan Global. Pengembangan Inovasi Pertanian, 3(3), 171–183.
Ubaidillah, A., & Khoir, M. (2018). Tradisi Dan Budaya Islam Lokal Sebagai Basis Ketahanan Usaha Kerajinan Tangan Songkok, Pecut, Dan Tampar Di Desa Serah Panceng Gresik. Seminar Nasional Unisla, 34–40.
Uhai, S., Sinaga, F., Sudarmayasa, I. W., & Permana, D. E. (2020). Kearifan Lokal Dayak Benuaq Kutai Barat Dalam Perayaan Tolak Bala Untuk Menangkal Dampak Covid 19. Prosiding Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar 2020, 114-122.
Wahab, W., Erwin, E., & Purwanti, N. (2020). Budaya Saprahan Melayu Sambas: Asal Usul, Prosesi, Properti dan Pendidikan Akhlak. Arfannur, 1(1), 75-86.
Wahyudi, D. Y. (2013). Kerajaan Majapahit : Sejarah Dan Budaya, 7(1), 88–95.
Wijaya, H. F., & Marta, R. F. (2015). Mitologi Budaya pada Gelang Dukacita sebagai Atribut Upacara Kematian dalam Tradisi Tionghoa dan Cina Benteng (Tinjauan Semiologi Barthes terhadap Makna Tanda pada Tradisi dan Mitos Leluhur Peranakan Tionghoa Indonesia). Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 9, 223–251. http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007
Wijaya, H. F., & Marta, R. F. (2015). Mitologi Budaya pada Gelang Dukacita sebagai Atribut Upacara Kematian dalam Tradisi Tionghoa dan Cina Benteng (Tinjauan Semiologi Barthes terhadap Makna Tanda pada Tradisi dan Mitos Leluhur Peranakan Tionghoa Indonesia). Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 9, 223–251. http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007
Yunus, R. (2014). Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Empiris tentang Huyula. Yogyakarta: Deepublish
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
An author who publishes in the Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora agrees to the following terms:
- Author retains the copyright and grants the journal the right of first publication of the work simultaneously licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal
- Author is able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book) with the acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Author is permitted and encouraged to post his/her work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of the published work (See The Effect of Open Access).
Read more about the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 Licence here: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.