Diskriminasi Mitologi Penderita Epilepsi Menurut Kajian Pendidikan Agama Hindu

Authors

  • Anak Agung Gde Oka Widana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali

DOI:

https://doi.org/10.37329/kamaya.v6i2.2248

Keywords:

Discrimination, Mythology, Epilepsy, Education, Hindu Religion

Abstract

The purpose of this study is to awaken and straighten out personal perceptions of the existence of people with epilepsy so that mythological discrimination against people with epilepsy can be minimized and eliminated. Three issues are raised in this study: forms of mythological discrimination of epilepsy sufferers, causes of the emergence of mythological discrimination of epilepsy sufferers according to Hindu religious teachings, and solutions in overcoming the phenomenon of mythological discrimination of epilepsy sufferers according to Hindu teachings. As a type of qualitative research, the data obtained in this study were collected using library techniques and document recording. Analysis of the data that has been collected was carried out using a qualitative descriptive technique. The results of the analysis show that the forms of mythological discrimination received by epilepsy sufferers in the Tri Education Center are restrictions, shunned, ostracized, humiliated, humiliated, and even imprisoned. The causes of the emergence of mythological discrimination of people with epilepsy are due to the low quality of education (formal, informal, non-formal), the low implementation of human values, the degradation of morality, and the low implementation of the teachings of Catur Marga Yoga. Solutions that can be taken to overcome the phenomenon of mythological discrimination of epilepsy sufferers according to Hindu religious teachings include improving the quality of tattwa (philosophical) education, increasing moral quality, integrating human values ​​that are integrated in the concept of Pawongan with tat tvam asi, and the last is realizing the implementation of the teachings of catur marga yoga (bhakti marga yoga, jnana marga yoga, karma marga yoga and raja marga yoga).

References

Akhmadi, A. (2019). Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45-55.

Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Astika, I. M. J. (2021). Mengendalikan Sapta Timira. Kementrian Agama Republik Indonesia.

Atmaja, I. M. N., Ida Ayu Komang Arniati, Anak Agung Kade Sri Yudari, & IGA Ngurah. (2010). Etik Hindu. Denpasar: Paramita.

Ayudhya, A. J. N. (2008). Model Pembelajaran Nilai- Nilai Kemanusiaan Terpadu: Pendekatan yang Efektif Untuk Mengembangkan Nilai- Nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta Didik. Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia.

Bartolini, E., Bell, G. S., & Sander, J. W. (2011). Multicultural challenges in epilepsy. Epilepsy & Behavior, 20(3), 428–434.

Brohan, E., Slade, M., Clement, S., & Thornicroft, G. (2010). Experiences of Mental Illness Stigma Prejudice and Discrimination a Review of Measure. BMC Health Services Research, 10, 1–11.

Chaplin, J. P. (2014). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Corrigan, P. (2004). How Stigma Interferes With Mental Health Care. American Psychologist, 59, 614–625.

Darajat, Z. (1984). Membawa Nilai-Nilai Moral di Indonesia.

Evie. (2019). Implementasi Ajaran Catur Marga Yoga dalam Kehidupan Masyarakat Hindu. Jurnal Dharma Duta, 17.

Fitri, S. F. N. (2021). Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1).

Fulthoni, Arianingtyas, R., Aminah, S., & Sihombing, U. P. (2009). Buku Saku untuk Kebebasan Beragama Memahami Diskriminasi. Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC).

Giri, I. P. A. A., & I Made Girinata. (2021). Tat Twam Asi: Transformasi Individualistis Kearah Solidaritas Sosial. Purwadita Jurnal Agama Dan Budaya, 5, 93–100.

Gunawan, I. K. P. (2012). Filsafat Hindu Nawa Darsana Ajaran Panca Sraddha Menemukan Kebenaran. Denpasar: Paramita.

Jenudin, A. H. U. (2013). Psikologi Kepribadian (lanjutan). Bandung: CV. Pustaka Setia.

Jumsai, A., & Na Ayudhya. (2008). Model Pembelajaran Nilai- Nilai Kemanusiaan Terpadu: Pendekatan yang Efektif Untuk Mengembangkan Nilai- Nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta Didik. Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia.

Kadjeng, I. N. (2005). Sarasamusccaya. Denpasar: Paramita.

Kompasiana. (2015). Antara Teori dan Praktek, Antara Harapan dan Kenyataan. Kompasiana.Com. Retrieved April 16, 2014, from https://www.kompasiana.com/taufiqrakyatbiasa/54f79e58a333119d1c8b4616/antara-teori-dan-praktek-antara-harapan-dan-kenyataan

Kumar, P., Deep, Nehra, D., & Verma, A. N. (2013). Subjective well-being and coping among people with schizophrenia and epilepsy. Dysphrenia, 4(1), 25–30.

Lagatama, P. (2020). Komunikasi Ajaran Etika Hindu Dalam Menumbuhkembangkan Karakter Generasi Muda Dalam Pergaulan Sehari-Hari. Communicare, 1, 145–152.

Larson, J. E., & Corrigan, P. (2008). The Stigma of Families with Mental Illness. Academic Psychiatry, 32, 87–91.

Mariasusai, D. (1995). Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Maryam, I. S., Wijayanti, I. A. S., & Tini, K. (2018). Karakteristik Pasien Epilepsi Di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Sanglah Periode Januari-Desember 2016. Callosum NeurologyJournal, 1(3), 91–96.

Maryanti, N. C. W. (2016). Epilepsi dan Budaya. Buletin Psikologi, 24(1), 22–31.

Maurinta, L. (2019). Hentikan Candaan Soal Penyakit. Kompasiana. Retrieved Juni 8, 2019, from https://www.kompasiana.com/latifahmaurintawigati/5cf9f390c01a4c7db53787c5/hentikan-candaan-soal-penyakit

Parmajaya, I. P. G. (2018). Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal. Purwadita, 2, 27–33.

Pedet, I. W., & Krishna, I. B. W. (2018). Falsafah Hidup Dalam Kosmologi Tri Hita Karana. Genta Hredaya, 2, 37–43.

Prabhupada, S. S. A. B. S. (2006). Bhagavadgita Menurut Aslinya. Denpasar: Hanuman Sakti.

Punyatmadja, I. B. O. (1992). Panca Sradha. Jakarta: Yayasan Dharma Sarati.

Putra, A. P. (2019). Apa itu Ngekoh? (Mengenal Rasa Ngekoh dalam Diri). Kulkulbali.Co. Retrieved October 17, 2019, from https://www.kulkulbali.co/post.php?a=885&t=apa_itu_ngekoh_mengenal_rasa_ngekoh_dalam_diri#.Y2CXzXZBw2w

Putra, I. N. M. (2021). Spirit Manusa Yajna dan Manyama Braya Sebagai Etika Sosial Masyarakat Hindu Bali. Purwadita Jurnal Agama Dan BudaPutra, I. N. M. (2021). Spirit Manusa Yajna Dan Manyama Braya Sebagai Etika Sosial Masyarakat Hindu Bali. Purwadita Jurnal Agama Dan Budaya, 5, 1–8.

Rohani, & Novianty, F. (2020). Penanaman Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Pada Mahasiswa Program Studi PPKn IKIP PGRI Pontianak. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 4, 149–157.

Sivananda, S. S. (2003). Intisari Ajaran Hindu. Denpasar: Paramita.

Suatama, Ida Bagus, Sukayasa, I. W., Sarjana, I. P., Watra, I Wayan, Wandri, N. W., & Arniti, I. A. K. (2007). Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi : Berdasarkan SK. Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002. Denpasar: Paramita.

Suhardana, K. M. (2010). Catur Marga: Empat Jalan Menuju Brahman. Denpasar: Paramita.

Supartha, I. N. S., I Made Sandiarta, & Ni Wayan Wiryani. (2002). Agma Hindu. Cibitung: Ganeca Excat.

Suryawijaya, N., Sam, C. I. L., & Gelgel, A. M. (2019). Pengetahuan Masyarakat Tentang Epilepsi Dan Perilaku Terhadap Penyandang EpilepsiPada Masyarakat. Callosum Neurology Journal, 2(3), 89–97.

Valencia, J., & Yuwanto, L. (2022). Mitos penderita epilepsi: Sebuah kajian psikologi dengan budaya Jawa. Jurnal Psikologi Udayana, 9(1), 23–32.

Wahjuni, F. R. (2012). Kontroversi 101 mitos kesehatan. Jakarta: Penebar Plus+.

Wati, N. L. A. A. (2021). Konsep Ketuhanan Dalam Teks Purwa Bhumi Kemulan. Swara Vidya, 1(2).

Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter : Landasan, Pilar dan Implementasi. Jakarta: Kencana.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Downloads

Published

22-04-2023

How to Cite

Oka Widana, A. A. G. (2023). Diskriminasi Mitologi Penderita Epilepsi Menurut Kajian Pendidikan Agama Hindu . Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 6(2), 108–132. https://doi.org/10.37329/kamaya.v6i2.2248

Issue

Section

Articles