Pencatatan Perkawinan Campuran Beda Agama Berdasarkan Hukum Kanonik dan Hukum Positif

Authors

  • Dismas Kwirinus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

DOI:

https://doi.org/10.37329/kamaya.v7i1.2809

Keywords:

Hukum Gereja, Hukum Sipil, Pencatatan, Perkawinan Beda Agama

Abstract

The focus of this research examines the registration of mixed religious marriages based on canon law and positive law. The topic of study is related to the legal instruments governing mixed religious marriages, the implementation of mixed religious marriages based on Church law and positive law. The aim of this study is to serve as a guideline for government agencies that have firm authority regarding marriage and everything related to marriage. Researchers used descriptive qualitative methods and critical reading of texts, namely: (1) Canon Law 1124-1129; (2) Law Number 1 of 1974 article 2 paragraph (1) in conjunction with article 66; (3) Law Number 23 of 2006. The results and findings in this research are that interfaith marriages can be obtained and registered with the Civil Registry Officer and obtain a Deed and Excerpt from the Marriage Certificate, requiring first a decision from the court as regulated in article 35 Law no. 23 of 2006. Meanwhile, marriages issued by the Catholic Church do not receive enough Marriage Certificate Excerpts from the Population and Civil Registration Service. The conclusion from this research is that the implementation of a Mixed Mexta Religio marriage must first obtain a license from the Church authorities, because the marriage is a prohibited marriage. It is seen as a prohibition because there are many elements of similarity and togetherness between the Christian and Catholic Churches. Meanwhile, Marriage Disparity Cultus is seen as an obstacle to marriage (impedimentum disparity cultus) and to confirm this marriage a dispensation is needed.

References

Arliman S, L. (2019). Peran Lembaga Catatan Sipil Terhadap Perkawinan Campuran Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(2), 288.

Ashsubli, Muhammad. (2015). Undang-Undang Perkawinan Dalam Pluralitas Hukum Agama. Jurnal Cita Hukum 3(2), 289–302.

Atabik, A., & Mudhiiah, K. (2014). Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam. Yudisia, 5(2), 293–294.

Cahyani, A. I. (2018). Poligami dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Al-Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam, 5(2), 271.

Dewi, A. S., & Isdiana S. (2022). Analisis Perkawinan Campuran Dan Akibat Hukumnya. Juripol (Jurnal Institusi Politeknik Ganesha Medan), 5(1), 179–91.

Dewi, N. K., Laksmi Dewi, A. A. S. & Suryani, L. P. (2022). Pendaftaran Kewarganegaraan Anak Hasil Perkawinan Campuran. Jurnal Interpretas, 3(2), 275–81.

Dharmawan, R., Hermanto, Y. P., & Simanjuntak, F. (2022). Pernikahan Beda Keyakinan Menurut I Korintus 7: 12-16 dan Relevansinya dalam Pluralitas Agama di Indonesia. Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen, 4(2), 251-265.

Donatus W. S. T., & Mensiana, R. (2020). Studi Pemahaman Umat Katolik Tentang Perkawinan Campur Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983 Dan Dampaknya Terhadap Dimensi Kehidupan Berkeluarga. Jurnal Masalah Pastoral, 8(2), 102–32.

Dwisaptani, Rani. & Setiawan, Jenny Lukito. (2008). Konversi Agama dalam Kehidupan Pernikahan, Jurnal Humaniora 20(3), 327-329.

Dokumen Konsili Vatikan II. (1993). Diterjemahkan oleh H. Hardawiryana, Jakarta: Obor.

Emanuel, F., Kwirinus, D., Yuniarto, P. (2023). The Concept of Interfaith Marriage: Islam-Catholicism and Its Implications for the Moral Educations of Children. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 14(1), 103-115.

Go, Piet. (1990). Kawin Campur Beda Agama Dan Beda Gereja. Malang: Dioma.

Gobai, Daniel, W, Yulianus Korain. (2020). Hukum Perkawinan Katolik dan Sifatnya, sebuah manifestasi relasi cinta Kkristus kepada Gereja yang satu dan tak terpisahkan. Jurnal Hukum Magnum Opus, 3(1), 15-30.

Hadiwardoyo, A. P. (1990). Perkawinan Menurut Islam dan Katolik: Implikasinya dalam Kawin Campur. Yogyakarta: Kanisius.

Halawa, A. Arifman. (2017). Unitas (Monogam) Perkawinan Katolik Dalam Terang Biblis. Logos Jurnal Filsafat-Teologi, 14(2), 45-66.

Joko, A. P. D. (2021). Perkawinan Campur Dan Beda Agama: Sikap Dan Kebijakan Gereja. Lux et Sal, 1(2), 117–30.

Kamal, Zainun. (2007). “Fakta Empiris Nikah Beda Agama”. www.islamlib.com, diakses 5 November.

Katekismus Gereja Katolik. (1995). Diterjemahkan oleh Herman Embuiru, Ende: Arnoldus.

Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (2016). Diterjemahkan oleh V. Kartosiswoyo, dkk, Jakarta: Obor dan Sekertariat KWI.

Makalew, J. M. (2013). Akibat Hukum Dari Perkawinan Beda Agama Di Indonesia. Lex Privatum 1(2), 131–44.

Mamahit, Laurensius. (2013). Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Akibat Perkawinan Campuran Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia. Lex Privatum, 1(1): 12–25.

Mariani, M. (2020). Kedudukan Perkawinan Beda Agama Dan Perkawinan Campuran Di Indonesia. Al-Banjari: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 19(1), 84.

Nikodemus, & Endi, Y. (2023). Pandangan Gereja Katolik Terhadap Perkawinan Campur: Perspektif Amoris Laetitia Dan Hukum Kanonik. Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 6(3), 352–366.

Paulus II, Yohanes. (1994). Surat Kepada Keluarga-Keluarga, No. 4, 2 Februari 1994. Jakarta: DokPen KWI.

Priandena, A. G. (2014). Perlindungan Hukum Bagi Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Campuran. Jurnal Jurisprudence 4(2), 15–23.

Rubiyatmoko, R. (2011). Perkawinan Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.

Suryani, Danik dan Kudus, Wahid Abdul. (2022). Fenomena Menikah Muda Dikalangan Remaja Perempuan di Kelurahan Pipitan. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 13(2), 260-269.

Suwito, P. (2002). Panduan Kesejahteraan dan Kebahagiaan Keluarga. Malang: Dioma.

Tagel, D. P. (2020). Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil. Vyavahara Duta, 14(2), 84.

Tao, E. Y., & Wilhelmus, O. R. (2020). Pandangan Pasutri Tentang Perkawinan Campur Beda Agama. Jurnal Pendidikan Agama, 2(1), 14–21.

Ulfa, Maria, dan Martin Lukito Sinaga. (2004). Tafsir Ulang Perkawinan Lintas Agama, Perspektif Perempuan dan Pluralisme. Jakarta: Kapal Perempuan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1, Tahun 1974, tentang Perkawinan (UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, Depag RI.

Wibisana, W. (2016). Faktor-faktor Penyebab Perempuan Dalam Melakukan Pernikahan Siri (Studi Deskriptif Pada Perempuan Yang Menikah Siri di Desa Arjasa). Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 14(2), 185–193.

Widanarti, H. (2019). Tinjauan Yuridis Akibat Perkawinan Campuran Terhadap Anak. Diponegoro Private Law Review 4(1), 449.

Downloads

Published

09-02-2024

How to Cite

Kwirinus, D. (2024). Pencatatan Perkawinan Campuran Beda Agama Berdasarkan Hukum Kanonik dan Hukum Positif. Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.37329/kamaya.v7i1.2809

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)